Kamis, 16 Mei 2013

sebuah puisi

larut malam aku baru sampai dirumah. kegiatan hari itu cukup melelahkan ditambah dengan perasaan tidak enak hati yang membayang-bayangiku sedari tadi. setengah memaksa aku ingin bertemu dia malam itu juga, beruntung dia mengabulkan permintaanku. hujan turun cukup deras, kita duduk berhadapan di bawah tenda tukang bubur kacang madura. aku mencurahkan padanya apa yang membuatku gelisah. aku menangis. dia hanya diam, mendengarkan. ketika aku tenang, barulah dia bersuara. satu jam berlalu, akhirnya dia menyuruhku pulang karna waktu sudah menunjukan pukul 10.30 dan hujan telah reda. dan sekarang ketika aku duduk diatas tempat tiduku, ketika jam terus berdetak menjemput malam yang pekat. tanganku menggoreskan tinta di atas kertas, membuat sebuah puisi. puisi tanpa judul yang kubuat tanpa kusadari... Kusendiri termenung dalam diam, pikiranku terbang ke awang Sekelebat bayangan muncul tentang suatu keramaian malam Dimana dua insan duduk berdampingan Suara rintik hujan menjadi pengiring percakapan Desir angin menari-nari membuat rambut bergoyang Bulir-bulir bening itu berkumpul mulai menggenang Seketika suasana berubah jadi mencekam Namun, air hujan bagai suatu pelipur lara Crystal bening itu mengeras dengan sendirinya lalu sang insan berhasil menggantikannya dengan tawa pikiranku meninggalkan awang-awang mengingatnya.. membuat senyumku mengembang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar