Senin, 17 Juni 2013

Pojok Kenangan

"Tulisan ini untuk ikut kompetisi @_PlotPoint: buku Catatan si Anak Magang Film "Cinta Dalam Kardus" yang tayang di bioskop mulai 13 Juni 2013."

Entah berapa lama aku sudah duduk dipojok café ini. Para tamu bergantian datang dan pergi, waiters pun seolah tak kenal lelah berlalu-lalang melewati tempatku menyepi. Disini, aku seperti ada di duniaku sendiri meski keadaan sangat ramai sekalipun. Aku tak lupa bahwa pernah ada sapa, canda, tawa, senyuman, obrolan, amarah, bahkan tangisan di pojok ini. Aku bisa saja menyebut diriku gila, ibaratnya seseorang yang memiliki sebuah lagu favorite yang apabila dia telah selesai memutarnya, tanpa ragu akan menekan tombol rewind untuk mengulangnya dari awal. Aku pun seperti itu, pojok café ini tempat favoriteku. Tak terhitung berapa kali aku mengunjunginya dalam setahun terakhir ini, bahkan para waiters sudah tak asing lagi dengan wajahku. Sejujurnya aku tak ingin kenangan bersamanya hilang, bahkan dilubuk hati ini aku sangat tak ingin kehilangannya. Maka aku selalu datang ke tempat ini untuk mengobati kegilaanku, tempat yang apabila aku duduk sendiri di pojok ini semua ilustrasi seperti terulang kembali. 
Aku ingat saat pertama kali dia mengajakku ke tempat ini, saat dia mengatakan bahwa dia menyukaiku, menginginkan aku menjadi kekasihnya, dan juga entah berapa malam yang telah aku lewati bersamanya disiini. café ini banyak meninggalkan kenangan tentangnya, bahkan hingga saat dia meninggalkan aku pun tempat ini menjadi saksinya. Senyumku selalu mengembang sendiri bila aku ingat bagaimana ekspresinya saat dia memuji enaknya cappuccino, chesse cake, dan mango dessert disini. Tak pernah kulupa saat dia menyusut pinggiran bibirku yang penuh oleh coklat lumer, juga mimik mukanya yang lucu saat aku tak sengaja menumpahkan secangkir greentea milikku ke atas piring donatnya, serta ketika café ini menggelar acara rutinnya setiap sabtu malam yaitu live music, dia ikut menyanyikan sebuah lagu favoritenya untukku.. 311-love song. 
Bukan hanya senyuman, Kadang air mata ini pun sering jatuh dengan sendirinya tanpa meminta persetujuanku, suara gebrakan meja itu masih terngiang-ngiang di telinga ini. Malam itu aku dengannya bertengkar hebat dipojok sini, adu argument antara aku dan dia menyedot perhatian banyak pasang mata. Namun kami tak peduli, aku dan dia sama-sama keras kepala juga tak ada yang mau mengalah. Sampai akhirnya ketika emosi menguasai kami berdua, dia menggebrak meja dan pergi meninggalkanku. Membuat segelas cappuccino tumpah hingga meja tergenang coffe favoritenya. Aku terduduk lemah sambil menangis tersedu, aku memaki-makinya didalam hati. Bayangkan saja, wanita mana yang bisa terima bila sang pacar berselingkuh dengan sahabatnya sendiri? Mengingatnya membuat pikiranku kembali melayang ke masa itu. 
“maaf mbak, café ini akan segera tutup 30 menit lagi.” Sebuah suara mengembalikan aku dari kenangan masa laluku, menatapku sambil tersenyum. “oh iya, minta billnya mbak.” Jawabku sambil membalas senyuman sang waiters. Aku terdiam memandangi dus anyaman kecil dihadapanku, semua kenangan telah aku masukan kedalamnya. Dan aku memutuskan untuk menyelesaikan kegilaanku dengan berhenti mengenangnya, tepat setahun setelah dia pergi  meninggalkanku. Aku tak akan datangi café ini lagi. Akupun akan membuang semua barang pemberian darinya disini, ditempat yang penuh kenangan dan bahkan telah menjadi saksi bisu kisah cinta antara aku dan dia. Aku beranjak menuju kasir untuk kemudian meninggalkan tempat ini, namun dus kecil penuh kenangan itu tetap disini.. di atas meja di pojok café.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar