Senin, 15 Juli 2013

Bukan sebuah puisi

Adzan berkumandang diiringi rintikan hujan
jariku tetap tak berhenti namun nafasku tertahan
aku harus segera beranjak, tetapi hatiku masih enggan

Desir angin menyapu wajahku, seakan tengah mengajaku berlari
aku tetap terdiam, fisikku mentah-mentah melawan perintah dari otak
entah berapa lama aku telah duduk sendirian disini
ditemani kesunyian dan langit kelabu

Aku sedang mencari diriku
dia belum mau muncul meskipun telah lama kucari
dan dia juga masih enggan untuk kuraih
padahal aku tak lelah mencari sepanjang waktu

Sore ini aku kembali berusaha untuk mencarinya
meskipun hujan aku tak peduli
telah kususuri banyak tempat
bahkan hingga hujan ini berhenti, tetap belum kutemukan
akhirnya aku memutuskan untuk pergi..


12 tahun, Demi tuhan!

July!

hallo! ini ngga kerasa tahun 2013 udah berlalu hampir setengahnya.. ayoooo apa aja harapan yang udah kecapai? pasti udah banyak yg di coret kan di task to do nya kamu? hm aku sendiri lumayan lah ada beberapa yang udah kecapai contohnya kaya siaran di radio, belajar khusus di sekolah broadcasting, dan masih banyak yang lainnya.. emang sih itu baru sebagian kecil dari yang besar tapi seengganya tetep diusahain. masih ada 6 bulan kedepan kan? semangat!

Selasa, 18 Juni 2013

Aku pergi, Selamat Tinggal.

Kata-katanya tepat menohok ulu hatiku. Aku hanya bisa mengalihkan pandanganku dari wajahnya, lalu terdiam. Bibirku bergetar, mataku memanas dan aku berjuang sekuat tenaga untuk menahan agar air mataku tak jatuh. Tak kusangka orang yang selama ini aku anggap penting, bahkan menganggapku sebaliknya. Untuk beberapa saat aku masih berada di hadapannya, meskipun sunyi telah menguasai keadaan. Aku masih tak percaya akan apa yang baru saja aku dengar, sedikit luka tertoreh dihatiku. Aku sakit hati, ya.. Aku pun kecewa. Ini entah keberapa kalinya dia tidak menghargaiku, dalam kurun waktu 6 bulan terakhir kata-katanya lebih sering membuatku sakit hati. Mungkin memang sudah seharusnya aku mengambil tindakan, aku tak ingin hal seperti ini berulang terus-menerus. Entah apa dan siapa yang salah, aku tak tau. Tak ingin menyalahkan siapapun juga. Beberapa waktu yang lalu, aku pernah membuat keputusan untuk jauh-jauh darinya, tapi dia menahanku. He want us still together no matter what, dan aku pun mengurungkan niatku untuk menjauhinya. Aku menjauhinya bukan karna ada suatu masalah, atau aku marah padanya.. bukan. Tapi aku pikir saat itu memang jalan terbaik untuk keadaan. Setelah itu waktu berlalu, banyak hal baru dan kejadian yang kita lewati bersama. Sampai akhirnya hari ini datang, ketika akhirnya rasa kecewa yang telah terakumulasi beberapa lama mencapai klimaks. Kini keputusan yang dulu pernah aku buat aku ulangi. Aku akan menjaga jarak dengannya, namun seperti yang aku bilang tadi.. Bukan karna ada masalah atau apalah sejenisnya tapi memang yang terbaik seharusnya begini. Bila aku tetap terus membayang-bayanginya, bisa saja hal yang tidak aku inginkan malah terjadi. Seperti kita bertengkar hebat dan akhirnya jadi musuhan.. Aku tak mau itu benar-benar jadi kenyataan. Aku pergi, dan aku tau tak akan ada yang menahanku kali ini. Kau tau lagu Ipang-Bintang hidupku? mungkin itu laguku untukmu. least but not last,  you're so meaningful for me..

Senin, 17 Juni 2013

You like reading, bos?

You know? the guy who's love reading can make him look so sexy. Itu buatku. Aku suka cowo yang hobby baca, tipe-tipe pemikir lah. Cowo yang cerdas dan ngga gampang di begoin. Sayang di zaman yang ancur kaya gini cowo-cowo kaya gitu susah ditemuin. Emang belum punah sih, tapi langka aja gitu. Like an elephant at way kambas. hahahha Aku ngga suka cowo yang gampang ngerayu cewe, em atau emang akunya yang ga gampang dirayu? ah entahlah. Aku lebih baik sendiri kaya sekarang gini daripada harus punya cowo yang gampang ngobral omongan. Bersambung....

MAMA



Pojok Kenangan

"Tulisan ini untuk ikut kompetisi @_PlotPoint: buku Catatan si Anak Magang Film "Cinta Dalam Kardus" yang tayang di bioskop mulai 13 Juni 2013."

Entah berapa lama aku sudah duduk dipojok café ini. Para tamu bergantian datang dan pergi, waiters pun seolah tak kenal lelah berlalu-lalang melewati tempatku menyepi. Disini, aku seperti ada di duniaku sendiri meski keadaan sangat ramai sekalipun. Aku tak lupa bahwa pernah ada sapa, canda, tawa, senyuman, obrolan, amarah, bahkan tangisan di pojok ini. Aku bisa saja menyebut diriku gila, ibaratnya seseorang yang memiliki sebuah lagu favorite yang apabila dia telah selesai memutarnya, tanpa ragu akan menekan tombol rewind untuk mengulangnya dari awal. Aku pun seperti itu, pojok café ini tempat favoriteku. Tak terhitung berapa kali aku mengunjunginya dalam setahun terakhir ini, bahkan para waiters sudah tak asing lagi dengan wajahku. Sejujurnya aku tak ingin kenangan bersamanya hilang, bahkan dilubuk hati ini aku sangat tak ingin kehilangannya. Maka aku selalu datang ke tempat ini untuk mengobati kegilaanku, tempat yang apabila aku duduk sendiri di pojok ini semua ilustrasi seperti terulang kembali. 
Aku ingat saat pertama kali dia mengajakku ke tempat ini, saat dia mengatakan bahwa dia menyukaiku, menginginkan aku menjadi kekasihnya, dan juga entah berapa malam yang telah aku lewati bersamanya disiini. café ini banyak meninggalkan kenangan tentangnya, bahkan hingga saat dia meninggalkan aku pun tempat ini menjadi saksinya. Senyumku selalu mengembang sendiri bila aku ingat bagaimana ekspresinya saat dia memuji enaknya cappuccino, chesse cake, dan mango dessert disini. Tak pernah kulupa saat dia menyusut pinggiran bibirku yang penuh oleh coklat lumer, juga mimik mukanya yang lucu saat aku tak sengaja menumpahkan secangkir greentea milikku ke atas piring donatnya, serta ketika café ini menggelar acara rutinnya setiap sabtu malam yaitu live music, dia ikut menyanyikan sebuah lagu favoritenya untukku.. 311-love song. 
Bukan hanya senyuman, Kadang air mata ini pun sering jatuh dengan sendirinya tanpa meminta persetujuanku, suara gebrakan meja itu masih terngiang-ngiang di telinga ini. Malam itu aku dengannya bertengkar hebat dipojok sini, adu argument antara aku dan dia menyedot perhatian banyak pasang mata. Namun kami tak peduli, aku dan dia sama-sama keras kepala juga tak ada yang mau mengalah. Sampai akhirnya ketika emosi menguasai kami berdua, dia menggebrak meja dan pergi meninggalkanku. Membuat segelas cappuccino tumpah hingga meja tergenang coffe favoritenya. Aku terduduk lemah sambil menangis tersedu, aku memaki-makinya didalam hati. Bayangkan saja, wanita mana yang bisa terima bila sang pacar berselingkuh dengan sahabatnya sendiri? Mengingatnya membuat pikiranku kembali melayang ke masa itu. 
“maaf mbak, café ini akan segera tutup 30 menit lagi.” Sebuah suara mengembalikan aku dari kenangan masa laluku, menatapku sambil tersenyum. “oh iya, minta billnya mbak.” Jawabku sambil membalas senyuman sang waiters. Aku terdiam memandangi dus anyaman kecil dihadapanku, semua kenangan telah aku masukan kedalamnya. Dan aku memutuskan untuk menyelesaikan kegilaanku dengan berhenti mengenangnya, tepat setahun setelah dia pergi  meninggalkanku. Aku tak akan datangi café ini lagi. Akupun akan membuang semua barang pemberian darinya disini, ditempat yang penuh kenangan dan bahkan telah menjadi saksi bisu kisah cinta antara aku dan dia. Aku beranjak menuju kasir untuk kemudian meninggalkan tempat ini, namun dus kecil penuh kenangan itu tetap disini.. di atas meja di pojok café.